안녕하세요...
Oke kali ini saya akan kembali ke sesi tata bahasa. Sebagai orang yang sudah lama mempelajari bahasa Korea, saya menyatakan bahwa tidak semudah itu menjelaskan bahkan memahami dengan tepat tata bahasa second language kita.
Saya perlu mempelajari, memahami kembali dan menelisik berulang-ulang kali tata bahasa yang sama. Karena apa? Khususnya untuk bahasa Korea yang notabene sangat kaya akan ungkapan, kaya akan tata bahasa yang masing-masing punya perbedaan tipis-tipis, tidak berbeda jauh, atau bahkan sangat berbeda membuat kita bingung apa perbedaan diantara kesamaannya/
Termasuk salah untuk ini...
Yang sudah belajar bahasa Korea mungkin tahu ya dengan akhiran -(으)ㄴ/ -던/ -았던/었던
Misal... 좋아한 사람, 좋아하던 사람, 좋아했던 사람?? Sama-sama digunakan untuk mengungkap keterangan lampau. Bagaimana bedanya?
Jujur saja, baik aku maupun orang Korea asli bisa jadi tidak bisa menjelaskan dengan pasti apa perbedaannya. Kita tentu mengerti artinya, yang mungkin kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris akan mempunyai kemiripan arti atau bahkan tidak berbeda. Tapi dalam bahasa Korea ini kemungkinan besarnya adalah berbeda.
Oke... this what book said...
-(으)ㄴ : Mengungkap keadaan atau tindakan yang sudah selesai terjadi.
예) 내가 읽은 책 : Buku yang sudah (selesai) ku baca.
-던 : (회상/ rememberance) : Mengungkap keadaan atau tindakan yang belum selesai terjadi.
Terjadi berkelanjutan atau berulang-ulang.
예) 내가 읽던 책 : Buku yang sudah ku baca (sekarang masih dibaca)
-았던/었던 :
(회상/ rememberance) : Mengungkap keadaan atau tindakan yang sudah selesai terjadi.
Kejadian yang cenderung terjadi sesaat/ sekali (satu kali).
Nah, jika lihat di tabel diatas (dalam bahasa Korea) diterangkan bahwa untuk -(으)ㄴ arti dasarnya adalah mengungkapkan hal yang sudah selesai terjadi, sementara -던 dan -았던/었던 arti dasarnya adalah untuk rememberance, untuk mengingat-ingat, mengenang (cieeh) untuk hal yang lampau, sementara penjelasan lainnya adalah penjelasan tambahan. Jadi ada perbedaan disini.
Rancu? Bingung? Sama saya juga kok awalnya... Ini mirip sama tenses bahaisa Inggris, past present, past continous, past perfect.
Coba baca contoh kalimatnya :
1. 그는 물고기를 잡은 후 다시 놓아 주었다. (동사)
Dia melepas lagi ikannya setelah menangkapnya.
2. 그 애는 조금 전까지 읽던 책을 덮어 버린다. (동사)
Anak itu menyingkapkan buku yang baru saja dia baca sampai beberapa waktu lalu.
3. 이 책은 작년에 읽었던 책인데.... (동사)
Buku ini adalah buku yang(dulu ku) baca tahun lalu...
4. 그렇게 착하던 아이가 왜 저렇게 변했지? (형용사)
Anak yang (dulu) begitu baik kenapa berubah?
5. 즐거웠던 그 날이 다시 올 수 있다면 얼마나 좋을까. (형용사)
Betapa menyenangkannya jika hari yang menyenangkan (dulu) itu bisa datang kembali.
6. 그때 고등학생이었던 사람들이 지금은 할아버지가 되었어요. (명사+이다)
Orang yang (dulu) merupakan murid SMA sekarang sudah menjadi kakek-kakek.
Singkat lagi ...
1. 내가 쓴 연필 = Pensil yang (dulu) aku pakai.
2. 내가 쓰던 연필 = Pensil yang (pernah) aku pakai. (berulang-ulang dan sekarang masih pakai)
3. 내가 썼던 연필 = Pensil yang (pernah) aku pakai. (pernah sekali pakai dan sekarang tidak pakai)
Mungkin sampai sini dulu penjelasannya, karena baru akan otw tanya lagi sama orang Korea, kalau ada penjelasan yang lebih bagus nanti saya posting dulu..
See yaa...
Monday, March 12, 2018
Wednesday, March 7, 2018
Mengurus Visa Jepang di Seoul - Korea
안녕하세요 ~
Kali ini saya mau berbagi buat orang-orang Indonesia yang tinggal di Korea dan ingin mengurus visa ke Jepang. Pengalaman sempat simpang siur soal informasinya, jadi saya ingin membantu bagi yang membutuhkan hehe...
Bulan lalu (Februari 2018), saya dan 5 orang teman saya berlibur ke Jepang. Berasumsi bahwa kita sedang di Korea dan Jepang adalah negara tetangga yang mudah di jangkau dan sangat worthed untuk dikunjungi jadi kami memutuskan berlibur selama 10 hari disana.
Persiapan dan diskusinya dilakukan jauh-jauh hari, mulai dari berburu tiket pesawat, penginapan dan itinerary perjalanan. Sampai situ saja sudah merasa sangat banyak yang harus diurus, dan setelah rencana diatas beres masih tersisa satu lagi... Yah, apalagi, berhubung Paspor Indonesia ini tergolong lemah, dan hanya bebas visa di 'area' Asia Tenggara, jadi kita harus melalui proses terakhir yaitu pengurusan Visa Wisata Jepang.
Visa ini kan kayak kartu izin dari suatu negara untuk warga negara lain untuk memasuki negara mereka. Apakah warga negara ini bukan orang yang berbahaya, atau apakah dia mampu membiayai dirinya ketika melakukan perjalanan di negaranya?
Nah, dan ini bisa di bilang proses yang paling bikin deg-degan, karena bukan rahasia kalau tiap konsulat kedubes ini 'punya kebiasaan' menolak visa tanpa alasan yang jelas. Jadi kita mulai khawatir.
Karena apa?
Kalian semua juga tahu lah ya kalau Jepang itu 'negara mahal', bahkan lebih mahal dari negara yang saya tempati ini, yaps lebih mahal dari Korea Selatan yang bagi saya sudah mahal bingit. Jadi kalau nggak punya cukup uang, meskipun kita sudah membayar tiket pesawat dan penginapan, bisa jadi ter. to. lak... huhuhu
Jadi yang cukup menjadi poin dari masalah adalah deposit. Karena syarat yang lain masih tergolong mudah, apa saja?
Lebih lengkapnya kalian bisa lihat di website resmi Embassy Japan for Korea - Visa
Dokumen yang harus disiapkan
Kalau saya melihat dari website yang berbahasa Korea, syarat untuk mengurus visa Jepang adalah sbb :
1. Paspor
2. Form Pendaftaran Visa disini
3. Foto satu lembar (harus diambil dalam 6 bulan sebelum)
4. Konfirmasi tiket pesawat dan penginapan
5. Surat keterangan bank
6. Itinerary perjalanan (rencana perjalanan *ada formnya)
7. Surat keterangan dari kampus/ tempat kerja di Korea (untuk yang mahasiswa diperlukan surat 재학증명서)
8. Kartu Alien Card Korea
Nah, kalau dalam bahasa Korea cuma tertulis sebegitu ringkas, tapi dalam kenyataan itu ada syarat dan ketentuan berlaku. Dan yang lebih bikin kita lebih ribet lagi, teman saya mengirimkan yang versi bahasa Inggris dengan syarat ketentuannya yang terpampang nyata..
Tapi kalau 'di lapangan' bisa jadi sama, bisa jadi nggak kok.
Apa saja?
Foto
- Foto jangan sampai sama dengan foto di Alien Card kamu. Dijamin disuruh foto lagi. Soal ini sebenarnya sudah jelas sih karena foto harus yang diambil dalam 6 bulan.
- Foto background putih.
- Foto ukurannya 4,5 cm x 4,5 cm. Kalau kamu salah ukuran, sebenarnya diterima saja, cuma bakal kelihatan konyol sih di visanya, karena visa Jepang menampilkan foto kita. Hahaha.
Surat keterangan bank (Yang paling penting)
- Saya nggak tahu sih tepatnya, karena tidak ada keterangan di website embassy Japan, tapi menurut teman yang sudah ke Jepang sebelumnya, saldo kita harus mencukupi nilai dengan hitungan 400,000 won perhari. Jadi kalau seperti saya di Jepang bakal 10 hari-an, jadi saldo yang harus ada di bank adalah sebanyak 4 juta won (sekitar 50 juta rupiah), widiiihh ~ (untuk soal ini sebenarnya belum pasti ya, kalian bisa tanya sendiri ke embassynya)
- Surat keterangannya bukan cuma bank statement yang menampilkan saldo tapi semacam rekening koran yang menampilkan aktifitas rekening kita, kalau dalam bahasa Koreanya 거래내역서, kalian bisa minta ke bank dengan biaya 2,000 won.
- Aktifitas di rekening harus stabil nggak boleh mendadak ada pengeluaran atau pemasukan yang mendadak dalam jumlah besar. Bukannya nggak boleh sih, yang pasti kalian akan ditanyai atau dimintai data tambahan.
Hotel Confirmation
Kalau di versi bahasa Inggris, disana ditulis kalau confirmation harus atas nama kita ya? Sementara untuk kita kemarin, karena yang nge-bookingin untuk 5 orang dari booking dot com cuma satu orang (aku), jadi confirmationnya cuma atas namaku. Itu kita sempat kebingungan. Bisa gak ya? Jawabannya bisa.
Alien Card
Disana ada tertulis kalau alien card paling nggak berlaku 3 bulan, sementara teman-teman saya kemarin masa berlakunya bakal berakhir 1 bulan, karena mereka tipe yang memperpanjang alien card setiap satu tahun. Tapi nyatanya oke-oke saja, asalkan kita sudah pasti balik ke Korea sebelum alien card berakhir.
DIMANA KONSULAT JEPANG UNTUK KOREA?
Saya mengurus di Seoul, sementara yang tinggal di bagian selatan seperti Busan, Daegu, Ilsan dan sekitar bisa juga mengurus di Busan.
Nah, untuk yang di Seoul dimanakah Embassy Jepang?
Tempatnya cukup mudah di cari, karena dia sangat dengat dengan Gyeongbuk palace/ Gwanghwamun (경북궁/ 광화문) bisa turun dari Stasiun Gwanghwamun/ Andong, kalau saya keluar dari Stasiun Gwanghwamun exit 5 atau 8 ya?? hehehe, bisa di cari lagi.
Tempatnya seberang Gyeongbuk palace dan berada di gedung twin tree b di lantai 8, jadi dia bukan hanya di satu tempat saja seperti kedubes Indonesia di Korea, tapi di dalam gedung, bergabung
dengan yang lain-lain.
Bukanya di hari kerja Senin - Jum'at jam 9:30 - 11:30 lalu ada waktu istirahat 2 jam, dan buka lagi jam 13:30 - 16:00.
Nah setelah scan barang-barang kita dan masuk ke dalam, kita bisa langsung antri untuk mengajukan visa tanpa perlu ambil no antrian.
Sebenarnya banyak cerita dan sedikit keributan lagi di dalam, tapi karena saya bukan mau nulis novel, jadi nggak perlu diceritain lah yaa... Intinya akhirnya berkas kita masuk dan kita diberi dua kertas kecil berupa nomor application dan info tentang pengambilan visa.
Nah enaknya pengurusan visa Jepang itu ya... beda sama visa Korea, dia nggak minta biaya dulu sebelum visanya positif di approve, jadi misalnya visa tertolak, maka nggak ada biaya apapun yang harus di keluarkan. Tapi siapapun nggak berharap lah ya visanya di tolak.
Biaya pembuatan visa di Konsulat Jepang di Seoul tergolong murah, cuma 32,000 won aja atau ya hampir 400 ribu rupiahan lah.
Karena kemarin kita datang berempat (1 orang nyusul), meski mengajukan visanya perorang (bukan satu grup), tapi melihat dokumen kita sama, dengan sendirinya pihak konsulat menganggap kita jadi satu.
Jadi visa kita bisa diambil dengan perwakilan, dan kalau satu belum ready (misal ada dokumen tambahan yang diperlukan untuk beberapa orangnya) maka yang lain belum bisa di ambil.
Umumnya visa bisa jadi dua hari berikutnya, tapi karena kemarin itinerary kita termasuk complicated (mengunjungi tiga kota) dan ada kesimpang siuran (karena ada yang tidur di bandara, wkwkwk) jadi pihak konsulat masih meminta konfirmasi dan dokumen tambahan pada kita, termasuk pertanyaan tentang rekening teman-teman yang transaksinya terlihat kurang stabil.
Tapi akhirnya yey... Alhamdulillah, visa Jepang kita keluar. Positif berlibur ke Jepang !
Ada yang bilang kalau mengurus visa di Jepang itu gampang, tapi menurut pengalaman, mereka agak ribetnya di masalah keuangan, soalnya kemungkinan pihak konsulat punya ketakutan kita nggelandang disana kekurangan duit, wkwk. Apalagi untuk kasus kita, 10 hari itu bukan waktu yang singkat dan apalagi kita mobile ke tiga kota dengan jarak yang cukup jauh (Tokyo - Kyoto - Osaka). Jadi pasti pihak konsulat ada kekhawatiran soal itu.
Oke, liburan telah berakhir dan 10 hari liburan di Jepang pun sudah berakhir. Sekarang sudah kembali ke realita kembali kuliah di Korea. Tapi sungguh berlibur di Jepang membawa kesan tersendiri bagi saya pribadi, semoga saya bisa sharing... Berhubung konten mengenai Korea pun masih setumpuk yang belum di posting, soal Jepang mungkin harus menunggu lagi...
Semoga ada waktu dan niatnya...
Sekian...
Kali ini saya mau berbagi buat orang-orang Indonesia yang tinggal di Korea dan ingin mengurus visa ke Jepang. Pengalaman sempat simpang siur soal informasinya, jadi saya ingin membantu bagi yang membutuhkan hehe...
Bulan lalu (Februari 2018), saya dan 5 orang teman saya berlibur ke Jepang. Berasumsi bahwa kita sedang di Korea dan Jepang adalah negara tetangga yang mudah di jangkau dan sangat worthed untuk dikunjungi jadi kami memutuskan berlibur selama 10 hari disana.
Persiapan dan diskusinya dilakukan jauh-jauh hari, mulai dari berburu tiket pesawat, penginapan dan itinerary perjalanan. Sampai situ saja sudah merasa sangat banyak yang harus diurus, dan setelah rencana diatas beres masih tersisa satu lagi... Yah, apalagi, berhubung Paspor Indonesia ini tergolong lemah, dan hanya bebas visa di 'area' Asia Tenggara, jadi kita harus melalui proses terakhir yaitu pengurusan Visa Wisata Jepang.
Visa ini kan kayak kartu izin dari suatu negara untuk warga negara lain untuk memasuki negara mereka. Apakah warga negara ini bukan orang yang berbahaya, atau apakah dia mampu membiayai dirinya ketika melakukan perjalanan di negaranya?
Nah, dan ini bisa di bilang proses yang paling bikin deg-degan, karena bukan rahasia kalau tiap konsulat kedubes ini 'punya kebiasaan' menolak visa tanpa alasan yang jelas. Jadi kita mulai khawatir.
Karena apa?
Kalian semua juga tahu lah ya kalau Jepang itu 'negara mahal', bahkan lebih mahal dari negara yang saya tempati ini, yaps lebih mahal dari Korea Selatan yang bagi saya sudah mahal bingit. Jadi kalau nggak punya cukup uang, meskipun kita sudah membayar tiket pesawat dan penginapan, bisa jadi ter. to. lak... huhuhu
Jadi yang cukup menjadi poin dari masalah adalah deposit. Karena syarat yang lain masih tergolong mudah, apa saja?
Lebih lengkapnya kalian bisa lihat di website resmi Embassy Japan for Korea - Visa
Dokumen yang harus disiapkan
Kalau saya melihat dari website yang berbahasa Korea, syarat untuk mengurus visa Jepang adalah sbb :
1. Paspor
2. Form Pendaftaran Visa disini
3. Foto satu lembar (harus diambil dalam 6 bulan sebelum)
4. Konfirmasi tiket pesawat dan penginapan
5. Surat keterangan bank
6. Itinerary perjalanan (rencana perjalanan *ada formnya)
7. Surat keterangan dari kampus/ tempat kerja di Korea (untuk yang mahasiswa diperlukan surat 재학증명서)
8. Kartu Alien Card Korea
Nah, kalau dalam bahasa Korea cuma tertulis sebegitu ringkas, tapi dalam kenyataan itu ada syarat dan ketentuan berlaku. Dan yang lebih bikin kita lebih ribet lagi, teman saya mengirimkan yang versi bahasa Inggris dengan syarat ketentuannya yang terpampang nyata..
Tapi kalau 'di lapangan' bisa jadi sama, bisa jadi nggak kok.
Apa saja?
Foto
- Foto jangan sampai sama dengan foto di Alien Card kamu. Dijamin disuruh foto lagi. Soal ini sebenarnya sudah jelas sih karena foto harus yang diambil dalam 6 bulan.
- Foto background putih.
- Foto ukurannya 4,5 cm x 4,5 cm. Kalau kamu salah ukuran, sebenarnya diterima saja, cuma bakal kelihatan konyol sih di visanya, karena visa Jepang menampilkan foto kita. Hahaha.
Surat keterangan bank (Yang paling penting)
- Saya nggak tahu sih tepatnya, karena tidak ada keterangan di website embassy Japan, tapi menurut teman yang sudah ke Jepang sebelumnya, saldo kita harus mencukupi nilai dengan hitungan 400,000 won perhari. Jadi kalau seperti saya di Jepang bakal 10 hari-an, jadi saldo yang harus ada di bank adalah sebanyak 4 juta won (sekitar 50 juta rupiah), widiiihh ~ (untuk soal ini sebenarnya belum pasti ya, kalian bisa tanya sendiri ke embassynya)
- Surat keterangannya bukan cuma bank statement yang menampilkan saldo tapi semacam rekening koran yang menampilkan aktifitas rekening kita, kalau dalam bahasa Koreanya 거래내역서, kalian bisa minta ke bank dengan biaya 2,000 won.
- Aktifitas di rekening harus stabil nggak boleh mendadak ada pengeluaran atau pemasukan yang mendadak dalam jumlah besar. Bukannya nggak boleh sih, yang pasti kalian akan ditanyai atau dimintai data tambahan.
Hotel Confirmation
Kalau di versi bahasa Inggris, disana ditulis kalau confirmation harus atas nama kita ya? Sementara untuk kita kemarin, karena yang nge-bookingin untuk 5 orang dari booking dot com cuma satu orang (aku), jadi confirmationnya cuma atas namaku. Itu kita sempat kebingungan. Bisa gak ya? Jawabannya bisa.
Alien Card
Disana ada tertulis kalau alien card paling nggak berlaku 3 bulan, sementara teman-teman saya kemarin masa berlakunya bakal berakhir 1 bulan, karena mereka tipe yang memperpanjang alien card setiap satu tahun. Tapi nyatanya oke-oke saja, asalkan kita sudah pasti balik ke Korea sebelum alien card berakhir.
DIMANA KONSULAT JEPANG UNTUK KOREA?

Nah, untuk yang di Seoul dimanakah Embassy Jepang?
Tempatnya cukup mudah di cari, karena dia sangat dengat dengan Gyeongbuk palace/ Gwanghwamun (경북궁/ 광화문) bisa turun dari Stasiun Gwanghwamun/ Andong, kalau saya keluar dari Stasiun Gwanghwamun exit 5 atau 8 ya?? hehehe, bisa di cari lagi.
Tempatnya seberang Gyeongbuk palace dan berada di gedung twin tree b di lantai 8, jadi dia bukan hanya di satu tempat saja seperti kedubes Indonesia di Korea, tapi di dalam gedung, bergabung
dengan yang lain-lain.
Bukanya di hari kerja Senin - Jum'at jam 9:30 - 11:30 lalu ada waktu istirahat 2 jam, dan buka lagi jam 13:30 - 16:00.
Nah setelah scan barang-barang kita dan masuk ke dalam, kita bisa langsung antri untuk mengajukan visa tanpa perlu ambil no antrian.
Sebenarnya banyak cerita dan sedikit keributan lagi di dalam, tapi karena saya bukan mau nulis novel, jadi nggak perlu diceritain lah yaa... Intinya akhirnya berkas kita masuk dan kita diberi dua kertas kecil berupa nomor application dan info tentang pengambilan visa.
Nah enaknya pengurusan visa Jepang itu ya... beda sama visa Korea, dia nggak minta biaya dulu sebelum visanya positif di approve, jadi misalnya visa tertolak, maka nggak ada biaya apapun yang harus di keluarkan. Tapi siapapun nggak berharap lah ya visanya di tolak.
Biaya pembuatan visa di Konsulat Jepang di Seoul tergolong murah, cuma 32,000 won aja atau ya hampir 400 ribu rupiahan lah.
Karena kemarin kita datang berempat (1 orang nyusul), meski mengajukan visanya perorang (bukan satu grup), tapi melihat dokumen kita sama, dengan sendirinya pihak konsulat menganggap kita jadi satu.
Jadi visa kita bisa diambil dengan perwakilan, dan kalau satu belum ready (misal ada dokumen tambahan yang diperlukan untuk beberapa orangnya) maka yang lain belum bisa di ambil.
Umumnya visa bisa jadi dua hari berikutnya, tapi karena kemarin itinerary kita termasuk complicated (mengunjungi tiga kota) dan ada kesimpang siuran (karena ada yang tidur di bandara, wkwkwk) jadi pihak konsulat masih meminta konfirmasi dan dokumen tambahan pada kita, termasuk pertanyaan tentang rekening teman-teman yang transaksinya terlihat kurang stabil.
Tapi akhirnya yey... Alhamdulillah, visa Jepang kita keluar. Positif berlibur ke Jepang !
Ada yang bilang kalau mengurus visa di Jepang itu gampang, tapi menurut pengalaman, mereka agak ribetnya di masalah keuangan, soalnya kemungkinan pihak konsulat punya ketakutan kita nggelandang disana kekurangan duit, wkwk. Apalagi untuk kasus kita, 10 hari itu bukan waktu yang singkat dan apalagi kita mobile ke tiga kota dengan jarak yang cukup jauh (Tokyo - Kyoto - Osaka). Jadi pasti pihak konsulat ada kekhawatiran soal itu.
Oke, liburan telah berakhir dan 10 hari liburan di Jepang pun sudah berakhir. Sekarang sudah kembali ke realita kembali kuliah di Korea. Tapi sungguh berlibur di Jepang membawa kesan tersendiri bagi saya pribadi, semoga saya bisa sharing... Berhubung konten mengenai Korea pun masih setumpuk yang belum di posting, soal Jepang mungkin harus menunggu lagi...
Semoga ada waktu dan niatnya...
Sekian...
Pandangan Berorientasi Fisik di Korea (Operasi Plastik) - 외모지상주의
안녕하세요..
Udah nggak asing lagi kan kalau Korea Selatan sudah lekat sekali dengan image operasi plastiknya? Dengan pandangan masyarakatnya yang sangat mementingkan kecantikan fisiknya?
Nggak dipungkiri, mau orang Korea atau bukan, yang namanya manusia, yang bukan lagi perempuan tapi juga laki-laki menyukai dengan keindahan fisik yang sebenarnya merupakan komponen 'takdir' di kehidupan kita.
Nggak dipungkiri pula, orang yang mendapatkan perilaku istimewa biasanya adalah orang-orang yang memiliki paras ayu nan rupawan. Hanya karena wajah, orang mendapat popularitas, sanjungan, pujian, ini bukan lagi hal yang aneh lagi meski di pandang dari segi manapun, sebenarnya hal ini tidaklah adil.
Kita hidup nggak bisa pesan hidung mancung, mata besar dan kulit putih, kita tercipta begini tanpa bukannya Tuhan bermaksud untuk membedakan mana yang lebih beruntung dan tidak. Kemudian beberapa orang tidak puas dengan penampilan 'bawaan lahir'nya kemudian melakukan hal-hal yang sebenarnya agak tabu bahkan sangat tabu.
Sebagai seorang perempuan, saya juga pernah merasakan ingin tampil cantik dan menyukai keindahan. Tapi setelah saya pandang sekitar, orang-orang sudah mulai melakukan cara-cara berlebihan, bukan lagi memoles atau sekedar menghias, tapi sampai merubah yang asli, merogoh kocek besar, merasakan sakit, kemudian tampil seperti upgrade menjadi berlipat-lipat berbeda bahkan sama sekali berbeda. Kenapa harus begitu?
Setibanya di Korea, saya mengenal istilah 외모지상주의 yang dalam arti bahasa Inggrisnya adalah appearance-oriented views. Ini saya pertama kali dengar ketika saya sedang berdiskusi dengan salah satu mentor Korea saya yang mempertanyakan kenapa perempuan Indonesia banyak yang berhijab dan banyak yang tampak tak terlalu dandan atau pakai make up (khususnya make up tebal).
Beda dengan perempuan Korea yang punya 'ritual' make up yang panjang, bahkan terkadang ketika make up itu di hapus akan menimbulkan pertanyaan 'Siapa kamu?' karena saking bedanya. Bukan saja make up, tapi 1 dari 5 perempuan Korea Selatan, atau ada data lain bahwa 80% perempuan Korea Selatan melakukan operasi plastik hanya karena ingin cantik!
Ketika saya sudah menerangkan kenapa perempuan Indonesia berhijab, saya tanya balik, kenapa orang Korea tampak berlomba-lomba untuk cantik? Kenapa sangat mementingkan penampilan fisik?
Dan mentor Korea saya dengan blak-blakkan menuturkan bahwa Korea adalah negara appearance-
oriented views, alias berorientasi pada penampilan fisik.
Alasan??
Korea adalah negara kecil yang diapit negara-negara besar.
Awalnya saya nggak sepenuhnya ngeh kenapa ini jadi alasan. Korea ini meski di kacamata orang Indonesia adalah negara maju, tapi bagi mereka, mereka belum di titik sana dan masih negara berkembang yang menuju maju (intinya belum maju).
Apalagi Korea Selatan ini negara yang kecil, lihat saja di peta, paling sepertiganya Jepang, negara macan Asia, apalagi sama China, negara besar yang cukup punya power yang luas wilayahnya berpuluh-puluh kali lipat dari Korea Selatan.
Selain itu, Korea Selatan juga masih (mmm... gimana ngomongnya ya...), intinya masih berada dibawah ke adidayaan Amerika. Bukan berarti sepenuhnya mereka negara yang di dikte Amerika atau separuh terjajah (aku juga nggak paham politik). Intinya orang Korea masih mengkiblatkan banyak hal pada Amerika.
Sehingga mereka merasa diawasi, diperhatikan oleh negara-negara tersebut makanya mereka berpenampilan sebaik mungkin agar 'bisa dipandang', atau mungkin bisa jadi agar nggak di remehkan.
Ini adalah pernyataan dari salah satu orang Korea yaa... bisa jadi begitu, bisa jadi tidak.
Fakta-fakta operasi plastik di Korea
Fakta yang saya tulis disini bukan diambil dari cerita umum mengenai 'legenda' operasi plastik di Korea tapi dari apa yang saya dengar sendiri dari orang Korea.
Menurut sumber (salah satu orang Korea yang saya kenal), operasi plastik di Korea sudah berkembang sejak 20 tahun lalu.
Jika melihat hasilnya yang cenderung memuaskan, harga operasi plastik di Korea tergolong murah dan terjangkau bagi masyarakat Korea.
Operasi plastik paling basic dan paling banyak dilakukan adalah membuat lipatan mata (double eyelid/ 쌍커플) karena orang Korea cenderung bermata sipit layaknya mata orang-orang asia timur/ oriental dan hidung, tipikal hidup orang Asia, umumnya berhidung kecil, imut dan tidak memiliki hidung lancip bak bule-bule Eropa.
Orang tua di Korea mengijinkan anaknya untuk operasi plastik, ada yang memberi dana 100% ada pula yang hanya sekedar 'menyokong' / kongsi, huehehe. Bahkan mereka berujar, membiarkan anaknya melakukan operasi plastik dengan harapan anaknya bisa menarik pasangan hidup yang terbaik karena punya penampilan fisik yang bagus.
Yang lucu, ada seorang ajussi bercerita, "Aku berharap anakku mendapatkan pacar setelah operasi plastik, tapi nyatanya nggak dapat-dapat juga. Ah... pasti karena dia hobi mabuk-mabukan." ujarnya santai membuat aku agak shock. Okey, culture shock kesekian kalinya...
Kemudian dia menambahkan, "Kalian nggak perlu oplas juga bisa dapat pacar kan ya.... hahahaha."
lalu kita (aku dan temanku) ikutan ketawa garing aja.
Saat aku mengungkapkan bahwa dalam ajaran Islam kita nggak boleh melakukan operasi plastik, si ajossi berujar, "Wah, orang Korea kalau nggak operasi plastik ya gawat. Susah dapat pekerjaan bagus, susah dapat pasangan. Apalagi yang terlahir nggak cantik. Hampir semua dari kita lakukan operasi kok. Aplagi artis-artis tuh, lihat saja kalau mereka nanti punya anak, pasti akan berbeda dengan orang tuanya...hahahaha"
Aku nggak tahu ya, apakah karena ini aku sedang berbincang dengan ajossi yang agak serampangan bicaranya atau memang begitu kenyataan. Yang jelas aku menjawab cerita ajossi itu dengan helaan nafas panjang, "Sedih dengarnya, kenapa hidup harus dibuat sebegitu susahnya hanya karena penampilan luar yang bahkan kita tidak pilih saat kita lahir."
"Kalau bukan karena wajahnya karena apa dong orang menikah?"
"Ya karena hati dan otaknya donk.."
"Ah, itu nggak bertahan lama..." ujar ajossi itu melontarkan jawaban yang sangat nonsense.
"Lah, justru fisik nggak bertahan lama lah ajossi, bakal menua juga..."
Kemudian dia terdiam.
Cerita nyata lagi dari teman facebook aku, dia seorang remaja perempuan di Korea. Dia gendut dan memang tidak cantik, tapi dari postingannya aku melihat dia sangat berjiwa seni, bahkan karya seninya yang dilombakan sering menuai prestasi, tapi yang bikin aku terkejut adalah saat dia curhat, tak tahan dengan orang tuanya. Dia bilang dia satu rumah dengan orang tuanya tapi hampir tidak pernah berkomunikasi dengan orang tuanya, karena orang tuanya benci dia yang dianggap 'jelek' sampai bahkan kakinya pernah dilindas mobil oleh ayahnya sendiri. It's too much
It's not good ya... Inilah salah satu yang disayangkan dari Korea. Meski bukan berarti kalau kamu datang ke Korea dan tidak mempunyai standar kecantikan mereka lantas kamu di diskriminasikan, di bully, atau dikucilkan, sama sekali nggak kok ya... Kenyataan maraknya operasi plastik dan orientasi fisiknya memang kenceng, cuma bukan secara frontal pada semua 'objek'.
Mungkin akan terasa ketika kamu mengikuti suatu audisi, atau biro jodoh apalagi industri entertainment, mungkin dalam pekerjaan juga. Sementara saya disini hanya mahasiswa asing yang sekolah, jadi nggak mendapatkan perilaku yang gimana-gimana juga kok. Meski bukan berarti sama sekali nggak pernah mengalaminya. Pernah kok...
Seperti apa?
"Kamu kok nggak dandan sih? Pakai make up lah... Kamu pakai hijab yang fashion dikit lah. Kamu seharusnya pakai maskara. Kamu sebenarnya lebih cantik dari dia, cuma dia pakai pakaiannya lebih mewah."
Dan semacamnya, ngomentari fisik banget, bahkan nggak sungkan membandingkan fisik orang satu dan lainnya.
Ngomentari dandanan gue yang.... apa banget ini...
Tapi aku mah cuek aja, emang nggak mau dandan, nggak bisa dandan dan nggak bakat dandan.
Kalau udah ngomongin perihal ini memang jadi ngerasa kita berada di planet yang berbeda sama orang Korea. Beda prinsip dan pandangan terlalu kontras. Saya sih selalu menanggapi santai tapi tetap mengeluarkan pendapat yang tidak bernada memaksa pendengar untuk setuju, yang jelas saya selalu mengatakan fakta yang menegaskan bahwa saya tidak sependapat dengan mereka tanpa ada unsur 'menyerang'.
Dengan mengetahui hal-hal semacam ini kita kudu introspeksi diri sendiri juga, jangan terlalu terlena dengan kerupawanan seseorang, karena bukan itu value dari seorang manusia. Jangan terlalu histeris sama oppa-oppa atau nuna-nuna, toh kamu nggak tahu kan itu wajah sudah hasil modifikasi atau nggak. Meski nggak pun, jangan terlalu terpusat dengan wajah, membuat orang tinggi hati hanya karena wajah. It's not fair...
Setiap aku berbincang dengan teman-teman Korea ku, beberapa dari mereka secara blak-blakkan mengaku bahwa mereka operasi plastik, dan beberapa mengaku tidak. Nah untuk teman yang tidak operasi biasanya langsung ku puji-puji biar gak pingin oplas, "Kamu udah cantik banget kok... banyak yang bilang gitu, nggak perlu oplas-oplas..." wkwkwkwkwk.
Negara tetangga, Jepang pun tidak memperbolehkan warganya untuk operasi plastik karena wajah dianggap identitas mutlak seseorang. Jika seseorang melakukan operasi bahkan mendapatkan konsekuensi semacam hukuman. I hope bakal begini juga di Korea *mungkinkah?
Sebenarnya sempat ada arah perbaikan soal pandangan ini di Korea beberapa saat lalu saat aku melihat iklan di TV bahwa iklan operasi plastik yang tersebar dimana-mana akan mulai dihilangkan di stasiun subway di Seoul karena mengandung diskriminasi dan appareance oriented view, sebenarnya mereka tahu, tapi kenapa begitu di lestarikan? Meski dalam kenyataannya saya malah melihat iklan operasi plastiknya bertambah banyak dan belum berkurang, hehehe.
Semoga kedepannya Korea bisa merubah pandangan ini ya...
Sekian, kalau ada salah kata, mianheeee...
Annyong ~
![]() |
Wajah Song Hye Kyo adalah 'kiblat' oplas di Korea |
Udah nggak asing lagi kan kalau Korea Selatan sudah lekat sekali dengan image operasi plastiknya? Dengan pandangan masyarakatnya yang sangat mementingkan kecantikan fisiknya?
Nggak dipungkiri, mau orang Korea atau bukan, yang namanya manusia, yang bukan lagi perempuan tapi juga laki-laki menyukai dengan keindahan fisik yang sebenarnya merupakan komponen 'takdir' di kehidupan kita.
Nggak dipungkiri pula, orang yang mendapatkan perilaku istimewa biasanya adalah orang-orang yang memiliki paras ayu nan rupawan. Hanya karena wajah, orang mendapat popularitas, sanjungan, pujian, ini bukan lagi hal yang aneh lagi meski di pandang dari segi manapun, sebenarnya hal ini tidaklah adil.
Kita hidup nggak bisa pesan hidung mancung, mata besar dan kulit putih, kita tercipta begini tanpa bukannya Tuhan bermaksud untuk membedakan mana yang lebih beruntung dan tidak. Kemudian beberapa orang tidak puas dengan penampilan 'bawaan lahir'nya kemudian melakukan hal-hal yang sebenarnya agak tabu bahkan sangat tabu.
Sebagai seorang perempuan, saya juga pernah merasakan ingin tampil cantik dan menyukai keindahan. Tapi setelah saya pandang sekitar, orang-orang sudah mulai melakukan cara-cara berlebihan, bukan lagi memoles atau sekedar menghias, tapi sampai merubah yang asli, merogoh kocek besar, merasakan sakit, kemudian tampil seperti upgrade menjadi berlipat-lipat berbeda bahkan sama sekali berbeda. Kenapa harus begitu?
Setibanya di Korea, saya mengenal istilah 외모지상주의 yang dalam arti bahasa Inggrisnya adalah appearance-oriented views. Ini saya pertama kali dengar ketika saya sedang berdiskusi dengan salah satu mentor Korea saya yang mempertanyakan kenapa perempuan Indonesia banyak yang berhijab dan banyak yang tampak tak terlalu dandan atau pakai make up (khususnya make up tebal).
Beda dengan perempuan Korea yang punya 'ritual' make up yang panjang, bahkan terkadang ketika make up itu di hapus akan menimbulkan pertanyaan 'Siapa kamu?' karena saking bedanya. Bukan saja make up, tapi 1 dari 5 perempuan Korea Selatan, atau ada data lain bahwa 80% perempuan Korea Selatan melakukan operasi plastik hanya karena ingin cantik!
Ketika saya sudah menerangkan kenapa perempuan Indonesia berhijab, saya tanya balik, kenapa orang Korea tampak berlomba-lomba untuk cantik? Kenapa sangat mementingkan penampilan fisik?
Dan mentor Korea saya dengan blak-blakkan menuturkan bahwa Korea adalah negara appearance-
oriented views, alias berorientasi pada penampilan fisik.
Alasan??
Korea adalah negara kecil yang diapit negara-negara besar.
Awalnya saya nggak sepenuhnya ngeh kenapa ini jadi alasan. Korea ini meski di kacamata orang Indonesia adalah negara maju, tapi bagi mereka, mereka belum di titik sana dan masih negara berkembang yang menuju maju (intinya belum maju).
Apalagi Korea Selatan ini negara yang kecil, lihat saja di peta, paling sepertiganya Jepang, negara macan Asia, apalagi sama China, negara besar yang cukup punya power yang luas wilayahnya berpuluh-puluh kali lipat dari Korea Selatan.
Selain itu, Korea Selatan juga masih (mmm... gimana ngomongnya ya...), intinya masih berada dibawah ke adidayaan Amerika. Bukan berarti sepenuhnya mereka negara yang di dikte Amerika atau separuh terjajah (aku juga nggak paham politik). Intinya orang Korea masih mengkiblatkan banyak hal pada Amerika.
Sehingga mereka merasa diawasi, diperhatikan oleh negara-negara tersebut makanya mereka berpenampilan sebaik mungkin agar 'bisa dipandang', atau mungkin bisa jadi agar nggak di remehkan.
Ini adalah pernyataan dari salah satu orang Korea yaa... bisa jadi begitu, bisa jadi tidak.
Fakta-fakta operasi plastik di Korea
Fakta yang saya tulis disini bukan diambil dari cerita umum mengenai 'legenda' operasi plastik di Korea tapi dari apa yang saya dengar sendiri dari orang Korea.
Menurut sumber (salah satu orang Korea yang saya kenal), operasi plastik di Korea sudah berkembang sejak 20 tahun lalu.
Jika melihat hasilnya yang cenderung memuaskan, harga operasi plastik di Korea tergolong murah dan terjangkau bagi masyarakat Korea.
Operasi plastik paling basic dan paling banyak dilakukan adalah membuat lipatan mata (double eyelid/ 쌍커플) karena orang Korea cenderung bermata sipit layaknya mata orang-orang asia timur/ oriental dan hidung, tipikal hidup orang Asia, umumnya berhidung kecil, imut dan tidak memiliki hidung lancip bak bule-bule Eropa.
Orang tua di Korea mengijinkan anaknya untuk operasi plastik, ada yang memberi dana 100% ada pula yang hanya sekedar 'menyokong' / kongsi, huehehe. Bahkan mereka berujar, membiarkan anaknya melakukan operasi plastik dengan harapan anaknya bisa menarik pasangan hidup yang terbaik karena punya penampilan fisik yang bagus.
Yang lucu, ada seorang ajussi bercerita, "Aku berharap anakku mendapatkan pacar setelah operasi plastik, tapi nyatanya nggak dapat-dapat juga. Ah... pasti karena dia hobi mabuk-mabukan." ujarnya santai membuat aku agak shock. Okey, culture shock kesekian kalinya...
Kemudian dia menambahkan, "Kalian nggak perlu oplas juga bisa dapat pacar kan ya.... hahahaha."
lalu kita (aku dan temanku) ikutan ketawa garing aja.
Saat aku mengungkapkan bahwa dalam ajaran Islam kita nggak boleh melakukan operasi plastik, si ajossi berujar, "Wah, orang Korea kalau nggak operasi plastik ya gawat. Susah dapat pekerjaan bagus, susah dapat pasangan. Apalagi yang terlahir nggak cantik. Hampir semua dari kita lakukan operasi kok. Aplagi artis-artis tuh, lihat saja kalau mereka nanti punya anak, pasti akan berbeda dengan orang tuanya...hahahaha"
Aku nggak tahu ya, apakah karena ini aku sedang berbincang dengan ajossi yang agak serampangan bicaranya atau memang begitu kenyataan. Yang jelas aku menjawab cerita ajossi itu dengan helaan nafas panjang, "Sedih dengarnya, kenapa hidup harus dibuat sebegitu susahnya hanya karena penampilan luar yang bahkan kita tidak pilih saat kita lahir."
"Kalau bukan karena wajahnya karena apa dong orang menikah?"
"Ya karena hati dan otaknya donk.."
"Ah, itu nggak bertahan lama..." ujar ajossi itu melontarkan jawaban yang sangat nonsense.
"Lah, justru fisik nggak bertahan lama lah ajossi, bakal menua juga..."
Kemudian dia terdiam.
Cerita nyata lagi dari teman facebook aku, dia seorang remaja perempuan di Korea. Dia gendut dan memang tidak cantik, tapi dari postingannya aku melihat dia sangat berjiwa seni, bahkan karya seninya yang dilombakan sering menuai prestasi, tapi yang bikin aku terkejut adalah saat dia curhat, tak tahan dengan orang tuanya. Dia bilang dia satu rumah dengan orang tuanya tapi hampir tidak pernah berkomunikasi dengan orang tuanya, karena orang tuanya benci dia yang dianggap 'jelek' sampai bahkan kakinya pernah dilindas mobil oleh ayahnya sendiri. It's too much
It's not good ya... Inilah salah satu yang disayangkan dari Korea. Meski bukan berarti kalau kamu datang ke Korea dan tidak mempunyai standar kecantikan mereka lantas kamu di diskriminasikan, di bully, atau dikucilkan, sama sekali nggak kok ya... Kenyataan maraknya operasi plastik dan orientasi fisiknya memang kenceng, cuma bukan secara frontal pada semua 'objek'.
Mungkin akan terasa ketika kamu mengikuti suatu audisi, atau biro jodoh apalagi industri entertainment, mungkin dalam pekerjaan juga. Sementara saya disini hanya mahasiswa asing yang sekolah, jadi nggak mendapatkan perilaku yang gimana-gimana juga kok. Meski bukan berarti sama sekali nggak pernah mengalaminya. Pernah kok...

"Kamu kok nggak dandan sih? Pakai make up lah... Kamu pakai hijab yang fashion dikit lah. Kamu seharusnya pakai maskara. Kamu sebenarnya lebih cantik dari dia, cuma dia pakai pakaiannya lebih mewah."
Dan semacamnya, ngomentari fisik banget, bahkan nggak sungkan membandingkan fisik orang satu dan lainnya.
Ngomentari dandanan gue yang.... apa banget ini...
Tapi aku mah cuek aja, emang nggak mau dandan, nggak bisa dandan dan nggak bakat dandan.
Kalau udah ngomongin perihal ini memang jadi ngerasa kita berada di planet yang berbeda sama orang Korea. Beda prinsip dan pandangan terlalu kontras. Saya sih selalu menanggapi santai tapi tetap mengeluarkan pendapat yang tidak bernada memaksa pendengar untuk setuju, yang jelas saya selalu mengatakan fakta yang menegaskan bahwa saya tidak sependapat dengan mereka tanpa ada unsur 'menyerang'.
Dengan mengetahui hal-hal semacam ini kita kudu introspeksi diri sendiri juga, jangan terlalu terlena dengan kerupawanan seseorang, karena bukan itu value dari seorang manusia. Jangan terlalu histeris sama oppa-oppa atau nuna-nuna, toh kamu nggak tahu kan itu wajah sudah hasil modifikasi atau nggak. Meski nggak pun, jangan terlalu terpusat dengan wajah, membuat orang tinggi hati hanya karena wajah. It's not fair...
Setiap aku berbincang dengan teman-teman Korea ku, beberapa dari mereka secara blak-blakkan mengaku bahwa mereka operasi plastik, dan beberapa mengaku tidak. Nah untuk teman yang tidak operasi biasanya langsung ku puji-puji biar gak pingin oplas, "Kamu udah cantik banget kok... banyak yang bilang gitu, nggak perlu oplas-oplas..." wkwkwkwkwk.
Negara tetangga, Jepang pun tidak memperbolehkan warganya untuk operasi plastik karena wajah dianggap identitas mutlak seseorang. Jika seseorang melakukan operasi bahkan mendapatkan konsekuensi semacam hukuman. I hope bakal begini juga di Korea *mungkinkah?
Sebenarnya sempat ada arah perbaikan soal pandangan ini di Korea beberapa saat lalu saat aku melihat iklan di TV bahwa iklan operasi plastik yang tersebar dimana-mana akan mulai dihilangkan di stasiun subway di Seoul karena mengandung diskriminasi dan appareance oriented view, sebenarnya mereka tahu, tapi kenapa begitu di lestarikan? Meski dalam kenyataannya saya malah melihat iklan operasi plastiknya bertambah banyak dan belum berkurang, hehehe.
Semoga kedepannya Korea bisa merubah pandangan ini ya...
Sekian, kalau ada salah kata, mianheeee...
Annyong ~
Monday, March 5, 2018
Wifi Gratis di Korea ada dimana-mana?
안녕하세요..
"Enak ya di Korea nggak usah 'paketan', udah ada wifi dimana-mana."
Banyak banget nih yang bilang begini ke aku. Pasti banyak yang menerka kalau kita tinggal di Korea nggak perlu paketan internet karena wifi gratis dimana-mana. Kata siapa??
Benar sih, wifi gratis Korea sudah lumayan tersebar dimana-mana dan gampang ditemukan dibanding di Indonesia, tapi bukan berarti kamu terbebas dari beli paketan internet dan bisa memakai wifi gratis dengan bebas.
Karena helloo... di dunia ini mana ada yang 100% gratis, gratis pun pasti ada syarat dan ketentuan berlaku. Huehehe...
Apa saja?
Yuk mari simak.
Dimana?
Tentu saja tidak di semua sudut Korea tersedia wifi gratis. Hanya ada di tempat-tempat strategis atau di tempat-tempat umum yang banyak di kunjungi banyak orang semacam tempat wisata, stasiun atau tempat belanja (pasar, mall).
Di tempat yang bisa dibilang tak ada fasilitas publik apapun, kemungkinan besar akan susah menemukan Wifi gratis.
Seperti apa?
Kalau kalian di tempat yang sudah pasti strategis, biasanya akan tersedia beberapa Wifi gratis, yang kemungkinan besar bisa dipakai
Di samping, salah satu tampilan Wifi-Wifi gratis yang 'nyantol' di hapeku saat aku berada di tempat keramaian atau biasanya tempat yang menjadi tempat tujuan di Seoul.
Biasanya namanya 'Public Wifi Free' atau 'Public Wifi Seoul' atau nama-nama provider-provider seperti 'Free U+ Zone', 'Free KT Wifi' atau "Olleh Wifi Free'.
Sekedar info, provider mobile phone di Korea hanya tiga macam saja ya... U+, KT (Olleh) dan SKT
Bagaimana cara menyambungkan Wifinya?
Gratisnya ikhlas gak sih? Atau kudu ribet-ribet?
Setelah saya pergi ke Jepang dan mencoba memanfaatkan Wifi gratisnya, saya menyimpulkan bahwa fasilitas Wifi di Korea lebih baik hati, karena beberapa Wifi gratisnya di Jepang itu lumayan susah nyambung dan kudu banyak syarat.
Sementara di Korea untuk Public Wifi Free biasanya langsung bisa nyambung, atau beberapa kalian hanya di minta untuk mengklik opsi 'Tetap gunakan Wifi ini' yang biasanya ada di pojok kanan atas atau di browser yang akan otomatis ter-direct.
Untuk Wifi gratis dari provider macam KT, Olleh dan U+ biasanya sih yang nggak ribet cuma minta kita menonton iklan, entah itu video atau hanya gambar sekitar 10 -15 detik kemudian kita langsung bisa menggunakan internet. Seingat saya sih, untuk yang seperti ini ada batas waktu beberapa jam, kemudian kita diminta melihat video iklan lagi, nggak masalah kan?
Selain melihat iklan, ada lagi syarat lain yaitu memasukkan nomor telepon dan jenis kelamin. Untuk yang ini karena nomor telepon saya nomor Korea jadi nggak ada masalah, dan yang seperti ini kalau ketemu Wifi yang sejenis dimanapun maka akan langsung tersambung tanpa registrasi lagi.
Minusnya?
Tentu saja se gratis-gratisnya, se gampang-gampangnya nyambung, tapi karena namanya juga Wifi, pasti ada batas areanya, kalian bergerak sedikit bisa jadi terputus, bisa sih nyambung ke Wifi yang lain lagi, tapi kan rempong, jadi buat yang butuh gps an, dijamin tersesat di tengah jalan karena sambungan tiba-tiba nyandat atau terputus.
Solusi?
Buat yang jalan-jalan, pinjam saja Wifi egg, Wifi pocket yang bisa dibawa kemana-mana dan umumnya biayanya 3,000 won perhari. Lumayan kan?
Buat yang kuliah atau tinggal agak lama disini, untuk kebutuhan mobil, pakai juga Wifi egg punya KT misal, yang bayar sekitar 26ribuan perbulan dan dapat 11 GB an. Yah, cukup gak cukup, janganlah ini di pake untuk yutuban tiap hari, biar hemat kalau ada Wifi gratis ya pakai yang gratis tapi untuk kebutuhan lain atau saat tak ada wifi gratis baru pakai Wifi egg.
Biasanya sih wifi egg ini berguna saat butuh gps dan saat di dalam kereta/ bis. Karena selain KTX (kereta cepat) kereta, subway atau bis di Korea kagak ada Wifi gratisnya ya... Dalam subway ada Wifi tapi hanya yang berbayar dan harus langganan, nggak gampang untuk membeli.
That's all, beberapa info soal Wifi di Korea, ditulis tengah malam dan sudah mengantuk jadi bisa jadi ada info yang rumpang, huehehe... di ralat nanti...
Sekian, see u again...
"Enak ya di Korea nggak usah 'paketan', udah ada wifi dimana-mana."
Banyak banget nih yang bilang begini ke aku. Pasti banyak yang menerka kalau kita tinggal di Korea nggak perlu paketan internet karena wifi gratis dimana-mana. Kata siapa??
Benar sih, wifi gratis Korea sudah lumayan tersebar dimana-mana dan gampang ditemukan dibanding di Indonesia, tapi bukan berarti kamu terbebas dari beli paketan internet dan bisa memakai wifi gratis dengan bebas.
Karena helloo... di dunia ini mana ada yang 100% gratis, gratis pun pasti ada syarat dan ketentuan berlaku. Huehehe...
Apa saja?
Yuk mari simak.
Dimana?
Tentu saja tidak di semua sudut Korea tersedia wifi gratis. Hanya ada di tempat-tempat strategis atau di tempat-tempat umum yang banyak di kunjungi banyak orang semacam tempat wisata, stasiun atau tempat belanja (pasar, mall).
Di tempat yang bisa dibilang tak ada fasilitas publik apapun, kemungkinan besar akan susah menemukan Wifi gratis.
Seperti apa?
Di samping, salah satu tampilan Wifi-Wifi gratis yang 'nyantol' di hapeku saat aku berada di tempat keramaian atau biasanya tempat yang menjadi tempat tujuan di Seoul.
Biasanya namanya 'Public Wifi Free' atau 'Public Wifi Seoul' atau nama-nama provider-provider seperti 'Free U+ Zone', 'Free KT Wifi' atau "Olleh Wifi Free'.
Sekedar info, provider mobile phone di Korea hanya tiga macam saja ya... U+, KT (Olleh) dan SKT
Bagaimana cara menyambungkan Wifinya?
Gratisnya ikhlas gak sih? Atau kudu ribet-ribet?
Setelah saya pergi ke Jepang dan mencoba memanfaatkan Wifi gratisnya, saya menyimpulkan bahwa fasilitas Wifi di Korea lebih baik hati, karena beberapa Wifi gratisnya di Jepang itu lumayan susah nyambung dan kudu banyak syarat.
Sementara di Korea untuk Public Wifi Free biasanya langsung bisa nyambung, atau beberapa kalian hanya di minta untuk mengklik opsi 'Tetap gunakan Wifi ini' yang biasanya ada di pojok kanan atas atau di browser yang akan otomatis ter-direct.
Untuk Wifi gratis dari provider macam KT, Olleh dan U+ biasanya sih yang nggak ribet cuma minta kita menonton iklan, entah itu video atau hanya gambar sekitar 10 -15 detik kemudian kita langsung bisa menggunakan internet. Seingat saya sih, untuk yang seperti ini ada batas waktu beberapa jam, kemudian kita diminta melihat video iklan lagi, nggak masalah kan?
Selain melihat iklan, ada lagi syarat lain yaitu memasukkan nomor telepon dan jenis kelamin. Untuk yang ini karena nomor telepon saya nomor Korea jadi nggak ada masalah, dan yang seperti ini kalau ketemu Wifi yang sejenis dimanapun maka akan langsung tersambung tanpa registrasi lagi.
Minusnya?
Tentu saja se gratis-gratisnya, se gampang-gampangnya nyambung, tapi karena namanya juga Wifi, pasti ada batas areanya, kalian bergerak sedikit bisa jadi terputus, bisa sih nyambung ke Wifi yang lain lagi, tapi kan rempong, jadi buat yang butuh gps an, dijamin tersesat di tengah jalan karena sambungan tiba-tiba nyandat atau terputus.
Solusi?
Buat yang jalan-jalan, pinjam saja Wifi egg, Wifi pocket yang bisa dibawa kemana-mana dan umumnya biayanya 3,000 won perhari. Lumayan kan?
Buat yang kuliah atau tinggal agak lama disini, untuk kebutuhan mobil, pakai juga Wifi egg punya KT misal, yang bayar sekitar 26ribuan perbulan dan dapat 11 GB an. Yah, cukup gak cukup, janganlah ini di pake untuk yutuban tiap hari, biar hemat kalau ada Wifi gratis ya pakai yang gratis tapi untuk kebutuhan lain atau saat tak ada wifi gratis baru pakai Wifi egg.
Biasanya sih wifi egg ini berguna saat butuh gps dan saat di dalam kereta/ bis. Karena selain KTX (kereta cepat) kereta, subway atau bis di Korea kagak ada Wifi gratisnya ya... Dalam subway ada Wifi tapi hanya yang berbayar dan harus langganan, nggak gampang untuk membeli.
That's all, beberapa info soal Wifi di Korea, ditulis tengah malam dan sudah mengantuk jadi bisa jadi ada info yang rumpang, huehehe... di ralat nanti...
Sekian, see u again...